Salah satu pulau pariwisata kebanggaan Indonesia, Lombok diguncang oleh dua gempa dasyat pada 29 Juli dan 5 Agustus, 2018. Memakan korban jiwa sebanyak 563 orang dan 1.116 orang terluka, pemerintah Indonesia menggerakkan regu penyelamat dan operasi evakuasi. Warga di wilayah yang terkena dampak, khususnya di Lombok Utara dan Lombok Barat terpaksa mencari perlindungan di posko pengungsian karena telah kehilangan tempat tinggal dan khawatir akan gempa susulan.
Sementara proses distribusi bantuan dilaksanakan oleh petugas; masih ada warga yang tinggal di wilayah terisolasi kesulitan menjangkau persediaan bantuan, dan dengan keadaan seperti itu disetiap harinya, perjuangan untuk bertahan hidup semakin meningkatkan keputusasaan. PT Ciomas Adisatwa Lombok, salah satu unit usaha PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk; bekerjasama dengan JAPFA Peduli, perpanjangan tangan dari Departemen Social Investment JAPFA berusaha untuk memberikan bantuan vital untuk warga yang berada di lokasi yang sulit terjangkau. Pada 19 Agustus, JAPFA menyalurkan 300 paket selimut, 400 paket sembako, 500 karton susu dan sosis siap saji di 10 posko pengungsian di Lombok Utara, Lombok Barat, dan Lombok Timur. Selain itu, diberikan juga genset untuk bantuan listrik serta tenda militer dari ukuran pleton hingga komando untuk melindungi warga korban bencana yang membutuhkan. Contohnya di Dusun Amor-Amor, Lombok Utara, pegawai JAPFA dapat membantu keluarga dengan bayi yang terperangkap berhari-hari dilokasi tanpa listrik dan bantuan pangan.
Bekerjasama dengan tim Paramedis dari Dinas Kesehatan dan Rumah sakit Mataram, JAPFA menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan gratis di Lombok Barat dan Lombok Timur. Secara Khusus JAPFA mengirimkan obat-obatan dari Jakarta untuk membantu meringankan keterbatasan obat di Pulau Lombok.
Dalam satu tahun Indonesia rata-rata mengalami 2-3 gempa bumi besar, dengan kekuatan diatas 7 skala rikter.
Banyak daerah yang terkena gempa terputus oleh pegunungan atau laut dengan infrastruktur transportasi yang masih kurang maju sehingga bantuan sulit mencapai lokasi bencana dengan cepat.
Selain itu, bantuan pasca bencana untuk masyarakat terpencil atau pedesaan seringkali kurang, sementara mereka masih harus terus berjuang untuk makanan, pakaian, dan tempat tinggal setelah pertolongan darurat pergi.
Sesuai fokus perusahaan pada pendidikan di pedesaan; kami telah membangun kembali sekolah di beberapa zona gempa terburuk untuk membantu anak-anak memulihkan pengembangan akademis. Mengingat bahwa gempa bumi merupakan ancaman yang berulang, kami menerapkan ketelitian yang sama dalam membangun kembali sekolah rusak seperti dalam operasi bisnis kami. Dari desain hingga pemilihan bahan bangunan; resistensi gempa dan kemudahan evakuasi merupakan prioritas utama kami. Berpengalaman dalam kampanye kesehatan dan kebersihan; kami juga menggabungkan fitur kesehatan dalam desain sekolah; seperti ventilasi udara yang optimal, toilet modern, dan fasilitas mencuci tangan, untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan lingkungan belajar yang lebih aman dan lebih baik dari sebelumnya.
Sekitar tanggal 22 September sampai dengan tanggal 29 Oktober 2017, Gunung Agung, gunung berapi aktif terbesar di Bali diperkirakan akan meletus. Sebanyak 2.000 getaran diperkiran setiap harinya yang akhirnya membuat pemerintah melarang siapa pun untuk memasuki kawasan dalam radius 9 KM dari gunung berapi tersebut.
Pada tanggal 22 September 2017, pemerintah memerintahkan untuk mengevakuasi seluruh warga dalam radius 12 KM dari gunung berapi. Seluruh masyarakat, dengan total lebih dari 140.000 orang, dipindahkan ke tempat penampungan sementara. CSR yang dimiliki oleh JAPFA dan Unit Bali bergabung dalam memberikan bantuan dan menyediakan makanan untuk kondisi darurat dan persediaan air untuk para pengungsi. Dengan mempertimbangkan kurangnya fasilitas penyimpanan dan persiapan makanan yang memadai di tempat penampungan; JAPFA mendonasikan telur, sosis cepat saji, susu dan nugget ayam yang memiliki nutrisi yang tinggi dan mempersiapkan makanannya juga mudah.
Beberapa pengungsi Gunung Agung berasal dari desa-desa dimana peternakan mewakili sebagian besar pendapatan mereka. Ketika mereka dievakuasi, petani benar-benar terputus dari sumber pendapatan utama mereka ini. Seluruh unggas dan ternak besar yang terbengkalai akan kelaparan dan mati jika letusan terjadi. Merasa putus asa, beberapa peternak mempertaruhkan nyawa untuk kembali mengurus hewan ternak mereka dan tidak memperdulikan peringatan dari pemerintah. Namun, seiring dengan ditutupnya jalur menuju zona bahaya, para peternak juga terputus dari pasokan regular pakan ternak yang biasanya mereka dapatkan. Dengan demikian, membantu para peternak menjadi prioritas utama JAPFA dalam melakukan penanggulangan bencana. Tim CSR JAPFA memulai dari mengirimkan pakan ternak ke penampungan ternak yang disediakan oleh pemerintah. Untuk ternak unggas yang terletak dalam zona bahaya, JAPFA terlebih dahulu mencari kandang ayam yang tersedia di daerah yang aman di pulau ini dan membantu mengangkut lebih dari 30.000 unggas ke tempat yang aman. Testimoni kegiatan bantuan yang dilakukan JAPFA dapat dilihat di video terlampir.
Pada 30 September 2009, gempa berskala 7,6 SR menghantam Padang dan menghancurkan 3 kota dan 4 kabupaten. Manajemen dan karyawan kembali bergandengan tangan untuk membantu korban. Di Padang Pariaman, JAPFA membangun kembali SDN 06 Batang Anai.
Hal lain dalam penanganan bencana adalah kurangnya fasilitas sanitasi dan persediaan makanan. Pasca bencana banyak yang mengabaikan konsep gizi sehat dan kebersihan. Untuk membantu mereka bangkit pasca bencana dan hidup sehat, JAPFA juga membantu anak-anak memahami pentingnya gizi dan kesehatan.
JAPFA mengadakan pemeriksaan kesehatan untuk anak-anak di sekolah yang telah dibangun kembali dan memberikan paket gizi untuk meningkatkan kesehatan mereka. Selain itu JAPFA juga menyelenggarakan Pelatihan Dokter Kecil agar anak-anak paham akan kebersihan dan menjaga kesehatan mereka.
JAPFA sangat peduli dengan dampak bencana gempa, untuk membantu gempa di Bengkulu pada September 2007, JAPFA dan para karyawan menyumbangkan 2.500 paket, berisi makanan dan pakaian bersih, bersama 150 tenda yang didistribusikan langsung ke korban gempa di Painan-Padang dan Lais-Bengkulu.
Setelah gempa berkekuatan 5,9 rikter melanda Bantul pada 27 Mei 2006, seminggu setelahnya bahkan telekomunikasi belum dapat pulih. Namun, manajemen dan karyawan membantu mengumpulkan dana untuk korban. Dua hari kemudian JAPFA mengirim paket makanan dan sarung, berikut 200 tenda dan obat-obatan.
SDN Segoroyoso, terletak di desa Segoroyoso, Pleret, Bantul, Yogyakarta, yang hancur akibat gempa kemudian terpilih untuk dibangun kembali. Dengan total Rp 1,4 miliar, SDN Segoroyoso kini berdiri dengan kokoh sebagai gedung baru dan diresmikan oleh Bupati Bantul.
Bekerja sama dengan para karyawan, JAPFA membangun kembali sekolah tersebut dan menyediakan fasilitas pendukung proses belajar mengajar. Banyak anak mengalami trauma pascabencana. Banyak yang kehilangan tempat tinggal; beberapa bahkan kehilangan anggota keluarga. Fasilitas pendidikan menjadi sangat penting untuk membantu memulihkan semangat mereka.
Setelah dibangun, JAPFA juga terus mendukung upaya peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar. Sekolah tersebut dilibatkan dalam Kampanye Gizi JAPFA4Kids, dimana para guru juga mengikuti Pelatihan Manajemen Sekolah.